GALLERY FOTO

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NUSA TENGGARA TIMUR BEKERJA UNTUK FLOBAMORA

Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Indonesia

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Biduk Kebersamaan

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Sabtu, 23 Juli 2011

MENIKMATI LEZATNYA DAKWAH


I.                   Pengantar
Ilmu, iman dan amal sholeh merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ilmu tanpa iman akan menjerumuskan pelakunya kedalam kezaliman. Sebaliknya, Amal tanpa Iman akan menyebabkan suatu perbuatan ibadah menjadi sia-sia nilainya. Tak berlebihan kiranya, pepatah arab yang berbunyi : Tuntutlah Ilmu sampai keliang lahat. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada kita agar senantiasa menuntut ilmu terlebih ilmu agama sampai ajal menjemput.
Tarbiyah sebagai sarana dakwah bertujuan melatih setiap insan muslim agar menginternalisasikan ajaran agama dimulai dari diri sendiri dan lambat laun berjenjang kepada keluarga, masayarakat dan bernegara. Hal tersebut penting mengingat lingkungan sekitar kita turut berpengaruh terhadap eksistensi dakwah. Laju pertumbuhan dakwah baik dari kualitas dan kuantitas akan lambat jika lingkungan sekitar kita tidak terkondisikan dengan dakwah. Sebagaimana sirah nabawiyah yang mengisahkan bahwa selama 5 (lima) tahun pertama saat Nabi Muhammad saw berdakwah di Makkah, beliau mengalami resistensi yang kuat dari lingkungannya. Dan dalam kurun waktu tersebut setidaknya terdapat 40 orang yang menerima dakwah nabi.
Menjadi kader dakwah merupakan suatu rahmat dan hidayah. Mengingat dakwah merupakan tugas yang dibebabkan kepada Nabi. Sebagaimana firman Allah pada QS.21 : 7 Al Anbiya yang berbunyi : “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) Melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui”. Saat ini setelah Rasullah saw wafat, Namun tugas dakwah tidak boleh ditinggalkan. Mengingat dakwah merupakan tugas para nabi dan pewaris kenabian.

II.                Pembahasan
Sebuah nasehat Dr. Yusuf Qardhawi ditujukan kepada setiap kader dakwah adalah menjaga nikmat dakwah. Bayangkan, jika tidak ada dakwah maka niscaya Islam tidak akan tersebar keseluruh penjuru dunia. Selain itu, nikmat dakwah begitu mahal. Tidak setiap orang yang tergerak hatinya untuk berdakwah, tidak setiap orang yang mengalami pengalaman religius saat hati ini menghadap Rabb. Tanpa iman segala amalan akan sia-sia, Tanpa iman maka dimanakah kita meletakkan sandaran hati, ruh dan jasad ini ?. Betapa hampa hidup kita tanpa adanya iman.
Jumhur ulama mengatakan bahwa dunia merupakan medan ujian. Permasalahan semakin komplek maka kita harus senantiasa mempersiapkan diri dengan memperbanyak ilmu pengetahuan. Demikian halnya dengan permasalahan dalam dakwah yang semakin pelik. Semisal : fiqh tentang bayi tabung, cloning dan masih banyak lainnya. Dibutuhkan inovasi-inovasi dari kader dakwah dalam mengatasi permasalah yang membelit umat. Guna  melahirkan pemikiran-pemikiran cerdas maka kader dakwah dituntut senantiasa memperluas cakrawala berpikirnya dengan mengikuti kajian-kajian keilmuan.
Dakwah dan menuntut ilmu merupakan aktivitas yang menuntut pengorbanan dan perjuangan. Namun ada hal terpenting yang perlu dipersiapkan oleh kader dakwah, yakni : Stamina dakwah. Dinamika dakwah pastilah akan menguras energi  baik fisik maupun mental. Jika kita tidak mengantisipasinya maka bukan tidak mungkin stamina kita akan terkuras habis. Sehingga kita tidak dapat menikmati lezatnya dakwah. Menurut Dr. Yusuf Qardhawi setidaknya terdapat 5 (lima) kekuatan yang perlu dimiliki kader dakwah untuk menjaga nikmat dakwah, yakni :
1.                  Kuwatul Iman wal kuwatul Ruh
Setiap kader dakwah memiliki kekuatan iman, yakni : iman yang ihsan, iman yang lurus. Sehingga kita dapat terhindar dari ‘godaan-godaan’ yang muncul saat berdakwah. Mengingat ‘lawan’ kita yakni syaiton memiliki berbagai tipu muslihat guna menjauhkan manusia dari Rabbnya. Bila kita tidak memiliki keimanan yang kuat dan tidak waspada maka kita dapat tergelincir bujuk rayu syaiton. Salah satu cara memperkuat Iman adalah dengan menjalankan amalan ibadah baik wajib maupun sunah dan senantiasa menambah wawasan keagamaan kita.
2.                  Kuwatul Fiqr
Tantangan dakwah saat ini begitu besar. Hukum cloning dan bayi tabung yang pada zaman Nabi permasalahan tersebut belum muncul. Guna mengantisipasi permasalahan umat yang semakin kompleks maka setiap kader dakwah dituntut senantiasa meningkatkan kompetensi pribadi dan berpikiran unggul. Senantiasa mengkaji dan mengamalkan al Qur’an dan Al Sunnah . Selain itu, memperbanyak langkah mendatangi majelis-majelis ilmu guna menambah pengetahuan. Diharapkan ikhtiar tersebut akan memperkuat daya fikir kita. Seorang dai yang mampu berpikir unggul dapat diibaratkan seperti kapal selam yang berada didalam tengah lautan yang dalam. Berbagai tekanan maupun halangan yang menghadang tidak mampu menenggelamkan kapal selam. Karena kapal selam telah didesain untuk memiliki sistem yang canggih sehingga mampu memilah dan memilih mana yang boleh masuk kekapal selam dan mana yang tidak boleh.
3.                  Kuwatul Amali
Amal merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan rohani seseorang. Pada akhir kehidupan manusia maka terdapat tiga hal yang menyertainya saat jasadnya dibawa ke liang lahat. Namun dua hal yakni: keluarga dan hartanya akan kembali kedalam kehidupan duaniawi. Sedangkan hanya amal sholeh yang akan setia menemaninya dalam alam barzah dan akherat kelak.
Dalam konteks tersebut, kita sebagai kader dakwah ditunut senantiasa beramar maruf  nahi mungkar dan fastabhiqul khairat. Selama ada waktu dan kesempatan, kader dakwah senantiasa memanfaatkannya untuk mengajak kebaikan demi kebaikan diri dan masyarakat. Amalan jamaah dan fardhu jangan sampai ditinggalkan dan amalan sunah perlu senantiasa diperbanyak.
4.                  Kuwatul Maal
Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat” dan pada firman Allah swt lainnya “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu : bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya”  (QS. Ali Imran 3 : 77) merupakan beberapa firman Allah dalam Al Qur’an menyebutkan bahwa beberapa amal indah tidak dapat terealisir tanpa adanya dukungan finansial yang memadai.
Hal tersebut menajdi motivator pada Da’i guna berikhtiar mengumpulkan maal demi kemajuan umat. Da’i berperan strategis dalam pembinaan umat menginggat tanggung jawab pembinaan umat dibebankan di pundaknya. Para Da’i  harus berdakwah dari satu tempat ke tempat lain demi membina unmat. Pastilah setiap kegiatannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Amat disayangkan jika para Da’i hanya mengandalkan dakwahnya dari biaya orang lain sementara dia sendiri bermalas-malasan mencari sumber rezeki lainnya. Dengan tumbuhnya kesadaran pentingnya membangun ekonomi bagi aktifitas dakwah diharapkan pada Da’i makin cerdas dalam mengambil jatah rezekinya dari Allah swt guna berdakwah membina umat.

5.                  Kuwatul Ijtimai.
Sebagai seorang mahluk sosial maka seorang muslim harus berinteraksi dengan sesamanya. Guna menciptakan lingkungan yang kondusif bagi dakwah maka seorang da’i setidaknya harus menjadi teladan dan motor penggerak dakwah di lingkungannya. Tak berlebihn jika ungkapan : “Sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu member manfaat kepada sesamanya dan Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw terdapat suri tauladan yang baik” menjadi rujukan para Da’i dalam bersikap dan bertingkah laku di masyarakat. Guna merealisasikan sikap tersebut maka setidaknya kita perlu mengembangkan beberapa sikap,yakni : jujur dan tidak pernah berdusta, tidak suka mengghibah, menepati janji, sabar, pemaaf serta tawadhu.Niscaya sifat-sifat tersebut mampu kita implementasikan maka lingkungan di sekeliling kita akan mudah diajak ber-amar maruf nahi mungkar.

III.             Penutup
Dakwah merupakan tugas dan kewajiban yang mulia. Namun perjalanan dakwah
tidak akan semulus yang dibayangkan. Karenanya kita selaku kader dakwah perlu mempersiapkan diri guna meminimalkan gangguan dan hambatan dalam berdakwah. Terpenting kita memperoleh Ridha Allah swt dan mampu mengecap nikmatnya dakwah. Dr. Yusuf Qardhawi memberikan setidaknya 5 (lima) hal sebagai pedoman bagi kader dakwah agar mampu berdakwah dengan efektif, efisein dan terarah. Adapaun lima hal tersebut adalah Kuwatul Iman wal Kuwatul Ruh, Kuwatul Fiqr, Kuwatul Amal, Kuwatul Maal dan Kuwatul Ijtimai. Jika kelima hal tersebut telah dipersiapkan dengan Baik maka Insya Allah dakwah tidak akan menghadapi hambatan yang berarti. Amin Ya Robbal Alamin.

Minggu, 17 Juli 2011

Karakter Diri Harokatul Izzah

Kupang. MC (27/06-2011) –Kondisi Indonesia, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar didunia, masih dibelit berbagai persoalan. Permasalah  seperti carut marutnya penegakan hukum, maraknya korupsi, kemiskinan dan krisis identitas masih membelit bangsa ini.  Permasalahan tersebut diakibatkan lebih mendominasinya kejahatan daripada kebaikan. Tak ayal, hal tersebut menghambat kebangkitan bangsa ini dari keterpurukannya. Permasalahan tersebut harus segera dipecahkan. Dan umat Islam di Indonesia perlu berkomitmen dan berperan sebagai bagian dari solusi dan bukannya bagian dari permasalahan. Karena pada hakekatnya, Islam merupakan Harokatul Izzlah (gerakan perbaikan).
Mentalitas berpengaruh pada kesuksesan individu dan kelompok. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 342 lulusan Univesitas Columbia yang berpredikat (cumlaude dan summa culaude) menunjukkan bahwa Kehidupan sosial mereka pasca menempuh studi biasa saja. Sedangkan mahasiswa yang memiliki prestasi biasa saja saat kuliah, ternyata kehidupan sosial mereka lebih sukses. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian yang baik menjadi jaminan untuk meraih masa depan yang baik. Orang yang bermental baik adalah orang yang sukses. Dalam konteks ini, gerakan perbaikan perlu diiniasi dari pembentukan mentalitas yang baik. Karena perilaku negative seperti korupsi, malas bekerja dan seterusnya merupakan dampak dari mentalitas yang buruk.
Perbaikan mentalitas dapat dimulai dari komponen masyarakat terkecil yakni: individu. Setiap muslimin merupakan kader Harokatul Izzlah sehingga setiap muslim perlu memperbaiki mentalitas diri. Hal tersebut merupakan embrio dari Harokatul Izzlah. Adapun langkah konk
rit perbaikan mental dapat dimulai dari mendefisikan diri. Tujuan pengenalan diri adalah mengenali kelemahan dan kekuatan dari diri selanjutnya dirumuskan langkah perbaikan dan pengoptimalan potensi diri. Seyogyanya dalam diri manusia terdapat 3 (tiga) komponen yaitu :
1.      Aku sebagai Diriku : Pandangan subjektif terhadap diri pribadi. Dalam diri manusia tersemayam sifat ananiyah (keakuan/egois). Sifat ini senantiasa menonjolkan diri sehingga sulit bekerjasama dengan orang lain dalam menggapai tujuan bersama.
2.      Aku sebagai Diri Sosial: Pandangan orang terhadap diri anda. Manusia sebagai mahluk sosial memiliki sifat membutuhkan orang lain. Sehingga manusia perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Namun jika sifat tersebut terlalu dominan  maka akan muncul sifat tidak berpendirian, mengikut arus karena aku sebagai diri sosial memiliki ketergantungan terhadap lingkungan sosial sekitar.
3.      Aku sebagai Diri Ideal: pandangan idealisme setiap manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Sifat ini dicirikan dengan pintar beretorika namun lemah pada praktek kerjanya.
Patut disadari bahwa ketiga komponen tersebut perlu disinergikan. Sehingga
Setiap kekurangan dapat ditutupi oleh kelebihan dari komponen lainnya.
Sebagai penutup maka renungkanlah wahai kader harokatul izzah. Kenali diri dan tetapkanlah tujuan hidupmu. Dan optimalkan  potensi dalam diri kita guna menggapai ridho Illahi. Setelah kenali diri dengan baik. Tunjukkan keistimewaan mu tersebut dan dedikasikannya kepada Agama dan bangsa ini. Karena bangsa ini membutuhkan manusia bermental baik guna bangkit dari keterpurukannya. Sekian.
Disarikan dari Tasqif Ustad H.M Syamsuri.

LKPj Harus Menjelaskan Lima Hal Penting

KUPANG, pos-kupang.com Rabu, 15 Juni 2011 | 16:29 WITA-- Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) harus menjelaskan lima hal penting, yakni kebijakan umum anggaran (KUA), pengelolaan keuangan daerah secara makro, baik pendapatan maupun belanja, penyelenggaraan urusan desentralisasi, penyelenggaraan tugas pembantuan dan penyelenggaraan pemerintahan umum.
Hal ini dikatakan anggota DPRD NTT dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang adalah anggota Komisi C DPRD NTT, Zainal Abidin di Gedung DPRD NTT, Selasa (14/6/2011). Zainal mengatakan,  LKPj mempunyai  nilai strategis sebagai bagian penting dari perangkat pelaksanaan tugas DPRD dalam hal pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah daerah.
Menurut Zainal, penyampaian lima hal penting di atas menjadi sesuatu yang perlu dicermati dan dievaluasi agar tidak menyimpang dan merugikan masyarakat. Lima hal tersebut adalah hajat hidup bagi seluruh masyarakat. Sementara masyarakat tidak bisa secara langsung melakukan evaluasi kepada kepala daerah meskipun merekalah yang memilih kepala daerah. Masyarakat hanya punya satu instrumen berupa DPRD yang mereka pilih  untuk  mewakilinya dalam rangka mengontrol kepala daerah secara langsung.
Di sisi lain, kata Zainal, pembahasan LKPj tersebut akan menghasilkan keputusan DPRD yang merupakan dokumen resmi negara, yang berisi catatan dan rekomendasi kepada kepala daerah. Atau semacam rapor kinerja selama setahun sebelumnya untuk dijadikan dasar perbaikan penyelenggaraan pemerintah daerah ke depannya.
Faktanya, lanjut Zainal,  Gubernur NTT terlambat menyampaikan LKPj, artinya tidak menaati ketentuan peraturan perundang-undangan. Sekda menjelaskan bahwa alasan keterlambatan itu karena masih menunggu hasil pemeriksaan BPK. Namun, secara normatif, sesungguhnya LKPj tersebut tidak memiliki hubungan persyaratan dengan hasil audit BPK. LKPj tidak mensyaratkan harus disampaikan ke DPRD setelah adanya hasil audit BPK. Sebab, pembahasan di DPRD itu adalah suatu proses politik, sementara proses pemeriksaan oleh BPK adalah proses pemastian bahwa pelaksanaan anggaran tidak menyimpang dari peraturan dan perundang-undangan yang berlaku oleh lembaga audit.
Bahkan, kata Zainal, pembahasan LKPj gubernur oleh DPRD tersebut semakin menjadi strategis jika tidak berdekatan dengan selesainya pemeriksaan BPK. Jika ada temuan dari pembahasan LKPj oleh DPRD dan itu terkait dengan aspek pelaksanaan anggaran, itu bisa menjadi dasar BPK untuk melakukan pemeriksaan lebih mendalam. DPRD bahkan bisa meminta BPK menindaklanjuti temuan tersebut pada saat proses pemeriksaan oleh BPK sedang berlangsung.
“Kalau alasannya kemunduran itu dimaksudkan agar memenuhi aspek keakuratan, sesungguhnya dalam konteks LKPj, keakuratan tersebut bukan berarti harus sudah diaudit keuangannya. Tapi lebih pada penyajian yang objektif serta tidak ada rekayasa dan manipulasi. Audit keuangan itu lebih untuk perhitungan APBD 2010 yang akan dijadwal kemudian,” kata Zainal.
LKPj yang disampaikan gubernur kepada DPRD NTT yang melampaui batas waktu sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 3 tahun 2007, sehingga berdekatan dengan selesainya proses pemeriksaan keuangan oleh BPK ini justru bisa mereduksi nilai strategis pembahasan LKPj. Maka,  timbul pertanyaan, kenapa LKPj ini disampaikan sangat molor dan terlambat? Fakta kemoloran penyampaian LKPj yang tidak punya alasan mendasar tersebut tidaklah salah jika menghadirkan pertanyaan-pertanyaan besar, bahkan pertanyaan yang sudah mengarah menjadi mempertanyakan ada apa di balik itu?.
Editor : Dafris Meta | Penulis : Gerardus Manyela | Sumber : Pos Kupang Cetak